Isu-Isu Krusial Di Dalam Pengelolaan Desa Wisata Sebagai Alternatif Berwirausaha

Authors

  • Marimin Marimin Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta

Keywords:

desa wisata, isu krusial, pariwisata

Abstract

Banyak wisatawan saat ini yang cenderung menghindari kawasan wisata yang mapan, kemudian mencari kawasan wisata yang menonjolkan keaslian dan keunikan. Pencarian destinasi wisata baru tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi wisatawan terhadap mutu lingkungan. Salah satunya adalah melalui pariwisata pedesaan yang pada akhir-akhir ini mulai ditingkatkan. Di tengah-tengah animo besar berbagai pihak untuk mengembangkan desa wisata, perlu diidentifikasi sejumlah isu-isu krusial pengelolaannya. Isu-isu tersebut bersifat generik dan tentu saja memerlukan validasi yang lebih tajam. Isu-isu krusial pengelolaan desa wisata menuntut kita untuk merumuskan sejumlah tidakan antisipatif. Dengan mempertimbangkan kondisi objektif desa wisata maka optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan manusia di lokasi desa wisata dapat dilakukan dan dikendalikan oleh masyarakat local tanpa didasari oleh berbagai kepentingan politik apapun.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, L, Molo, M., Clauss, W. 1995. Kesempatan Kerja dan Perdagangan di Pedesaan. Yogyakarta, Pusat Penelitian Kependudukan.

Chant, S. 1997. “Gender and tourism employment in Mexico and the Philippines”, dalam: M.T. Sinclair (ed), Gender, Work & Tourism. London, Routledge, hat. 120-179.

Damanik, J. 2001. Arbeitsmarkpolitische Implikationen der Tourismusentwicklung in Entwicklungslaendern: Am Beispiel Nort-Sumatra, Indonesien. Muenster, Lit Verlag.

Damanik, J dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta, Penerbit Andi.

Dearden, P dan Harron, S. 1992. “Case Study : Tourism and the Hilltribes of Thailand” dalam B. Weiler dan C.M. Hall (eds), Speciul Interest Tourism. London; Bellhaven, hal. 105-128.

Fffendi, T.N, Wattle, A.M dan Priyadi, B.P. 1996. Kegiatan Non-Farm di Pedesaan. Yogyakarta, Pusat Penelitian Kependudukan.

Hennig, C., 1999. Reiselust; Touristen, Tourismus and Urlaubskultur. Frankfurt, Suhrkamp.

Holland, J., Dixey, L., Burian, M., 2003. Tourism in Poor Rural Areas: Diversifying the Product and Expanding the Benefits in Rural Uganda and The Czech Republic. PPT Working Paper No. 12.

Karim, A,, 2008. Kapitalisasi Pariwisata dan Marginalisasi Masyarakat Lokal di Lombok. Yogyakarta, Genta Press.

Lewis, J.B. 1999, “The Development of Rural Tourism”, dalam Parks and Recreation, Vol. 33 No. 9, (Sept.), hal. 99-108.

Long, V.H dan Kindon, S. L. 1997. “Gender and tourism development in Balinese Village” dalam; M.T. Sinclair (ed), Gender, Work & Tourism. London, Routledge, hat, 91-119,

Ludwig, K. 1990. “Dorftourismus in Senegal”, dalam: K. Ludwig,. M. Has dan M. Neuer (ed), Der neue Tourismus: Ruecksicht auf hand und Leute. Muenchen, Verlag CH. Beck, hat. 39-52.

Nasikun. 1997. “Model Pariwisata Pedesaan: Pemodelan Pariwisata Pedesaan untuk Pembangunan Fedesaan Yang Berkelanjutan”. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ollenburg, C. 2006. Farm tourism in Australia: Family Business and Rural Studies Perspective. PhD Dissertation at Faculty of Environmental Sciences, University of Griftith.

Olsen, K. 2002. “Authenticity as a concept in tourism research: the social organization of the experience”, Tourist Studies, Vol. 2 No. 2, hat. 159-182.

Opaschowski, H. 1996. Tourismus: Fine Systematische Einfuehrung. Opladen, Leske4-Budrich.

Page, S.J dan Getz, D. 1997. The Business of Rural Tourism: International Perspectives. London: International Thompson Business Press.

Published

2010-01-01

How to Cite

Marimin, M. (2010). Isu-Isu Krusial Di Dalam Pengelolaan Desa Wisata Sebagai Alternatif Berwirausaha. Jurnal Pariwisata Indonesia, 5(2), 39–48. Retrieved from http://jurnal.stpsahidsurakarta.ac.id/index.php/JPI/article/view/74